Cari Blog Ini

Laman

Selasa, 31 Agustus 2010

KEMELUT DI DPRD ASAHAN




Keterangan Photo
BUKA SIDANG : Didampingi Wakil Ketua DPRD Arif Fansyuri dan Plt. Sekdakab. Asahan Zulkarnain, Ketua DPRD Asahan, Benteng Panjaitan akhirnya membuka rapat paripurna.(f/red)

------------------------------------------------------------------
Paripurna DPRD Asahan Dibatalkan

Kisaran, MAHARDIKA
   Buntut interupsi salah seorang anggota DPRD Asahan, Ir. Khairul Saleh Pane pada rapat paripurna DPRD Asahan Kamis (26/8) lalu, ternyata berimbas kepada penundaan atau pembatalan rapat paripurna dewan, Senin (30/8).
   Bahkan suasana di gedung wakil rakyat itu terkesan menegangkan dan menimbulkan tanda tanya besar, mengapa rapat dibatalkan?. Seyogyanya, dalam agenda paripurna yang telah disusun oleh Badan Musyawarah (Banmus) DPRD Asahan, serta sesuai undangan, hari itu dimulai Pukul 10.00 WIB akan dilaksanakan paripurna tentang pandangan umum fraksi-fraksi terhadap Laporan Bupati Asahan tentang Nota Pengantar Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan Tahun 2010 Kabupaten Asahan, yang telah disampaikan Bupati Asahan pada paripurna sebelumnya.
   Kondisi menegangkan ini, mulai terendus sejak Pukul 10.30 WIB, melalui kabar dari ruang Ketua DPRD Asahan. Terlihat masing-masing Ketua Fraksi atau lintas fraksi dipanggil menghadap untuk musyawarah. Ternyata selain para pimpinan dewan, pada ruangan rapat di Kamar Kerja Ketua DPRD Asahan yang sekira berukuran 5 x 8 meter itu sudah hadir juga perwakilan Pemkab. Asahan, termasuk Wakil Bupati Asahan, H. Surya BSc.
   Rapat di ruang ketua itu begitu tertutup dan terkesan sangat pentingnya. Sehingga para awak media yang mangkal di gedung dewan itu tidak mengetahui pasti berapa orang didalamnya dan apa yang sedang dibicarakan. Sementara di ruang rapat utama sejumlah anggota dewan telah memenuhi kursinya, begitupula dengan para pimpinan SKPD dan camat-camat se Asahan.
   Hanya saja sayup-sayup terdengar perdebatan yang cukup keras dari dalam. Sepertinya sedang membicarakan hal-hal urgen terkait interupsi yang dilancarkan Khairul Saleh dari F-PBR sebelumnya, terkait mekanisme pelaksanaan proses penggodokan APBD Perubahan Tahun 2010. Dimana waktu itu Khairul menilai ada mekanisme yang dilanggar.
   Belum lagi didepan ruang Fraksi PBR, tanpak salah seorang anggota dewan dari Partai Gerindra, Rudi Hartono dikerumuni banyak wartawan. Dia protes dengan nada keras terhadap pelanggaran-pelanggaran mekanisme yang dilakukan pada proses rapat-rapat antara Badan Anggaran (Banggar) Eksekutif dan Legislatif terkait Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPA-S) APBD Perubahan Tahun 2010.
   “Isi PPAS itu tidak betul, hanya tiga SKPD saja yang diprioritaskan mendapatkan proyek anggaran, yakni Dinas Peternakan, Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pendidikan. Sementara dinas, badan dan kantor lainnya hanya sebatas biaya anggaran rutin. Ini tidak adil,” katanya berang sembari mengecam Banggar Eksekutif yang menurutnya seenaknya telah memangkas anggaran di dinas, badan dan kantor lainnya yang sudah mengajukan anggaran.
   Waktu terus berlalu, hingga Pukul 11.30 WIB, rapat tertutup belum bubar dan rapat paripurna tak kunjung dibuka. Namun sekitar Pukul 11.40 WIB, terlihat Wakil Bupati Asahan meninggalkan Kantor DPRD Asahan dengan mobil dinasnya. Kondisi ini sontak membuat anggota dewan satu persatu meninggalkan ruang rapat paripurna. Rupanya ada kabar rapat dibatalkan.
   Tidak berapa lama Ketua DPRD Asahan, Benteng Panjaitan didampingi Pelaksana Tugas Sekdakab. Asahan memasuki ruang rapat paripurna. Tapi sayang, sepertinya ruang rapat orang-orang terhormat itu sudah tidak terhormat lagi. Paling ada tinggal 8 orang anggota dewan yang hadir. Namun di kursi pimpinan SKPD dan para camat terlihat penuh.
   Dihadapan kursi dewan yang mayoritas kosong, usai membuka rapat dengan mengetuk palu pembuka, Ketua DPRD Asahan secara resmi mengumumkan bahwa rapat paripurna DPRD Asahan hari itu ditunda. “Karena ada persoalan tekhnis, maka rapat kita tunda hingga batas waktu yang tidak ditentukan,” kata Benteng, lalu mengetuk palu penutup. (red)




Keterangan Photo :
KOSONG: Kursi DPRD Asahan tanpak kosong saat Ketua DPRD Asahan, Benteng Panjaitan membuka rapat paripurna DPRD Asahan, Senin (30/8), meski langsung menutupnya karena rapat ditunda. (f/red)

---------------------------------------------------------------------------------------------------------





--------------------------------------------------------------------------------------

Banggar Pemkab. Asahan Dinilai Tidak Siap


Kisaran, MAHARDIKA
  Menelusuri penyebab ditunda atau dibatalkannya rapat paripurna DPRD Asahan, Senin (30/8) relatif sulit juga. Sebab orang-orang yang berkompeten, semuanya lagi ‘puasa’ bicara. Terlebih pihak-pihak dari eksekutif, secepatnya meninggalkan rapat paripurna setelah Ketua DPRD Asahan mengetuk palu penundaan rapat hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
   Lagi-lagi informasi akhirnya digali dari anggota dewan. Diantaranya, kepada Ketua Badan Kehormatan DPRD Asahan, Syamsul Qodri Marpaung asal Fraksi Keadilan yang kebetulan ikut rapat tertutup di ruangan Ketua DPRD Asahan.
   “Tidak ada unjuk rasa anggota dewan. Mereka hanya meninggalkan ruang rapat sebab mendengar informasi paripurna ditunda,” kata mantan Ketua Partai Keadilan Sejahtera Kabupaten Asahan ini.
   Ditanya soal kendala tekhnis apa yang melatar belakangi ditundanya rapat, Qodri menyebutkan hal ini terkait ketidaksiapan Panitia Anggaran Eksekutif dalam mempersiapkan hal-hal tekhnis yang harus dipenuhi dan diserahkan ke dewan. “Bisa jadi salah satu persoalan tekhnis itu belum adanya Draft Ranparda. APBD Perubahan yang di serahkan. Mungkin belum siap di copy dan diperbanyak,” kata Qodri, sebab menurutnya draft itulah salah satu dasar fraksi-fraksi memberikan pandangan umumnya.
   Kemudian menanganggapi soal pengalokasian anggaran APBD-P 2010 yang tidak adil dan hanya tertumpu pada 3 (tiga) dinas saja, yakni di Dinas PU, Peternakan dan Pendidikan, Qodri dengan tegas membantahnya. “Kalau itu saya bantah. Sebab semua dinas, badan dan kantor ada pos anggaran masing-masing,” katanya.
   Soal interupsi Khairul Saleh dari F-PBR pada paripurna sebelumnya ?. Menurut Qodri hal itu adalah hak masing-masing anggota dewan. “Silahkan saja, itu haknya. Namun perlu diketahui bahwa melalui Banggar baik eksekutif dan legislativ, sejak lama sudah membahas soal KUA dan PPAS, yang kemudian dituangkan dalam PPA. Jadi pembahasannya dianggap tuntas karena ada kesepahaman waktu itu. Meski kesepakatan tertulis yang ditandatangani tentang hal tersebut belum ada. Artinya kesepahaman kan sudah ada. Tapi kita juga tidak bisa menghalangi kawan-kawan yang menuntut adanya legal formal atau legal drafting dari setiap kesepakatan yang dibuat,” jelas Qodri lagi.
   Sementara itu dari salah seorang anggota dewan yang keluar rapat sebelum rapat dibuka dan ditutup oleh Ketua DPRD Asahan, Budiman Manurung (F-PAN) menjelaskan, bahwa pihaknya keluar karena tidak adanya kejelasan. “Kita tidak tahu rapat ini ditunda atau dilaksanakan. Soalnya hingga waktu yang dianggap sudah ambang batas, Ketua DPRD tidak membuka rapat,” jelasnya.
   Diakui juga oleh Budiman, sampai kini pihaknya belum menerima Buku tentang Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD Perubahan Tahun 2010 dari pihak Pemkab. Asahan. Padahal menurutnya berdasarkan KUA itulah fraksinya membuat pandangan fraksi.
   “Meskipun ada kebijkan lain, sehingga rapat tadi dibuka dan dilaksanakan, saya tidak bisa membacakan pandangan umum Fraksi PAN terkait hal ini. Sebab harus ada KUA dulu baru kita bisa menyampaikan pandangan umumnya,” kata Budiman yang memang ditugasi fraksinya untuk menyampaikan pandangan umum Fraksi PAN pada rapat paripurna itu jika memang dilaksanakan. (red) 



Keterangan Photo
MELOMPONG : Kursi dewan tanpak kosong meski waktu sudah menunjukkan Pukul 11.15 WIB. (f/red)
 

Sabtu, 28 Agustus 2010

Sampuraga (1) ...English Language Edition

From Sirambas Move Into Longat

By: Aziz AR. Panjaitan

   This paper began from the travel writer pilgrimage to the tomb of Sheikh Mustafa Hussein, a founder of the Traditional Islamic boarding school that was established in 1912, named Musthafawiyah. Located in New Ancient Village, District Nopan City, County Mandailing Natal (Madina), North Sumatra Province.

   After the pilgrimage of the boarding school students who could have as many as 12 thousand people in 1992, the author around the village on the slopes of active volcanoes, named Sorik Merapi. Many hot springs around this area. But alas, this place is not well-managed and properly become one of the objects of nature tourism destination.

   Around 15 KM from the location of Merapi Sorik, there are also natural potential is not managed well and correctly. Ironically, this resort is legendary in folklore until siantero North Sumatra Indonesia.

   Even recently, staging Opera Batak, Saturday Night, dated July 3, 2010 at the Theatre Arena Indonesian Arts Institute (ISI) in Yogyakarta, around 19:30 o'clock AM, with the director Enrico Alamo, raised Sampuraga folklore. Tells the story of the prodigal son and condemned Hot Water Swimming Sirambas Village, District of West Penyabungan, Madina District.

   Opera Batak or creation of traditional arts Tilhang Oberlin Gultom (deceased) comes back into the public, in fact, famous art institute campus. Involving the players Theatre Sakata, Padangpanjang, and the original musicians from Tapanuli.

   But unfortunately, the location of so-called scene of the legend who is very famous, now almost completely wrapped in a thicket. Legend comes from advice-advice (oral literature), the old people in the village of Sirambas that, supposedly gave birth to a new legend, the son of the Sampuraga Longat located in the Village, still lived next door to the Village Sirambas.

   Stories old men in the village of Longat, in one place in the village, past the outskirts Bandungan precise irrigation, and through the plantations of cacao (chocolate) belonging to the local residents there are hot springs that luapannya more powerful than the Old Sampuraga location (in the Village Sampuraga Sirambas ). But this location there are no reliefs, buildings or the instructions of the legends, such as those found in the village of Sirambas.

   "Location sampuraga old has not treated. Moreover, the hot water overflow decreases. Many people visiting here. This place is known as Si Sampuraga children. Road legend Boy Sampuraga tantamount to previous Sampuraga story. Only a different location and the term, "said the local people, giving testimony to the author.

   Sure enough, at the former location of the Old Sampuraga very famous, now there is no indication the road, though the road to same-exactly the same location around the irrigation dam. Instructions location reads 'Sampuraga' is more obvious in Hot Springs Village Longat. (To be continued)

Photo Description
LONGAT: Visitors (25 / 7) saw a hot spring in Longat, called the local people as a location for Children Sampuraga. (Photo / red)

Sampuraga (4/ Habis)


Dari Legenda Anak Durhaka

Oleh : Aziz AR. Panjaitan

   Banyak pelajaran dari legenda ini. Berupa peninggalan nenek moyang berasal dari petuah-petuah (sastra lisan) orang-orang tua, menjadi cerita legenda yang di wariskan secara turun temurun. Bisa jadi, alkisah ini sengaja di pelihara untuk mengingatkan kepada generasi agar tidak durhaka kepada orang tuanya.

   Tapi ini hanya sekedar cerita dan legenda. Bahwa alkisah dahulu kala, hiduplah seorang anak bernama Sampuraga dan ibunya. Tinggal di daerah Padang Bolak dengan keadaan ekonomi yang sangat memperihatinkan. Keduanya bekerja mencari kayu bakar di hutan demi sesuap nasi.

   Ingin merubah nasib, suatu hari Sampuraga mencetuskan keinginan kepada orangtuanya yang sudah renta guna merantau kenegeri orang. Dengan cita-cita kelak menjadi pemuda yang bisa dibanggakan. Maka seiring do’a dan linangan air mata sang ibu, Sampuraga dilepas merantau, pergi jauh dari kampung halaman. Sembari memegang janji akan kembali pulang melihat orangtuanya jika kelak sudah berhasil di perantauan.

   Petualanganpun dimulai. Berhari-hari tidak kenal lelah. Sampai akhirnya Sampuraga mendapati satu negeri bernama Pidelhi (Pidoli sekarang). Kemudian berdiam disana untuk beberapa waktu. Dilanjutkan perjalanan ke Desa Sirambas. Dimana konon waktu itu Sirambas dipimpin oleh seorang raja yang bernama Silanjang (Kerajaan Silancang). Ditempat ini Sampuraga bekerja keras yang merupakan kebiasannya sejak masa kanak-kanak. Rajapun tertarik, lantas berkeinginan menjodohkan pada putrinya.

   Tentu saja Sampuraga sangat senang setelah mengetahui hal ini. Atas maksud pernikahan si Sampuraga dengan putrinya, Raja bertitah membuat pesta besar. Semua raja-raja di sekitar Mandailing diundang.
Di tempat terpisah, ibu si Sampuraga sangat rindu pada putranya. Bertahun-tahun hanya bisa termenung menunggu datangnya sibuah hati. Karena tak tahan menahan rindu, sang ibu memutuskan ikut berkelana mencari tahu keberadaan anaknya.

   Sementara di wilayah Sirambas, Sampuraga telah tumbuh menjadi dewasa dengan begitu banyak perubahan. Dia tidak lagi seorang yang miskin seperti dahulu. Dia adalah lelaki yang kaya raya dan akan menjadi seorang raja dengan mempersunting putri raja Kerajaan Silancang.
Tidak diduga-duga, ketika upacara perkawinan tiba, saat itu pula ibu si Sampuraga yang berkelana mencari putranya datang ke pesta itu. Dengan harap cemas, dapat berjumpa dengan buah hati tercinta, yang kabarnya sudah kaya raya.

   Tetapi apa yang terjadi ???. Sampuraga tidak mengakui kalau itu adalah ibunya. Dia malu kepada istrinya karena ibunya kelihatan sangat tua renta dan miskin. Sampuraga kala itu, menyuruh ibunya untuk pergi dari tempat itu.

   Alkisah, Sampuraga berkata “Hei orang tua, kamu bukan ibu kandungku, ibuku telah lama meninggal dunia. Pergi…!!!.” Sampuraga tidak peduli dengan kesedihan dan penderitaan ibunya. Ibunya pun pergi sambil memohon dan berdo’a kepada Allah Subhanahuwata’ala (SWT).

   Konon, dalam do’a yang khusuk sang sang ibu bermohon, bahwa jika memang betul anak yang mirip putranya itu bukan Sampuraga, kiranya Allah SWT memberi limpahan rezeki. Tapi kalau itu benar anaknya si Sampuraga yang dibesarkan dengan air susunya, ia bermohon kiranya Tuhan menghukum anaknya tersebut.

   Atas kehendak Allah SWT, tiba-tiba saat itu datanglah badai. Serta merta membuat lokasi pesta disekitar istana menjadi banjir dan dihempas air bah yang sangat besar. Mengakibatkan si Sampuraga tenggelam bersama keangkuhan dan kedurhakaannya. Dimana lokasi tempat ia tenggelam, dikabarkan menjadi Sumur Air Panas. Itulah yang dikenal dengan Air Panas Sampuraga di Desa Sirambas.

   Untuk mengenang cerita legenda ini, putra-putri madailing menciptakan sebuah lagu tentang si Sampuraga, yang bisa dijadikan sebagai pelajaran untuk anak-anak kita kelak, supaya tidak durhaka kepada orang tua. Sehingga tidak menjadi seperti si Sampuraga yang malu beribu (maila marinang/ dalam bahasa mandailing). Bagaimana cerita Pulau Simardan tentang Simardan Anak durhaka, terjadi di Asahan-Tanjung Balai?. Tunggu selengkapnya di Koran MAHARDIKA, siap disugukan untuk pembaca. (Tammat)

Keterangan Photo

RELIEF: Satu-satunya Relief Legenda Sampuraga di Lokasi Sampuraga 1, Desa Sirambas. Catnya sudah mulai mengelupas. (photo/ red)

Sampuraga (3)


Diselidiki Sebagai Daerah Panas Bumi

Oleh : Aziz AR Panjaitan

   Potensi panas bumi di sekitar Sampuraga, baik di Desa Sirambas maupun di Desa Longat, ternyata pernah diselidiki. Hal ini sebagaimana Proceeding Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan dan Non Lapangan tahun 2007 Pusat Sumber Daya Geologi, yang copy datanya diperoleh BATAK POS.
   Bahwa saat itu, tim yang terdiri dari Asep Sugianto, Bakrun, dan Dendi Surya Kusuma yang tergabung dalam Kelompok Program Penelitian Panas Bumi, telah melakukan penyelidikan terpadu daerah panas bumi Sampuraga serta menghasilkan satu makalah ilmiah.
   Dikatakan dalam abstract (sari) makalah itu, bahwa telah dilakukan penyelidikan panas bumi secara terpadu meliputi geologi, geokimia, dan geofisika (gayaberat, magnetik, dan geolistrik) di daerah panas bumi Sampuraga pada tahun 2007. Kenampakkan gejala panas bumi secara umum terdapat di graben (terban) Panyabungan yang merupakan bagian dari Sesar Besar Sumatera.
   Kenampakkan panas bumi tersebut meliputi fumarol dan mata air panas dengan suhu masing-masing sekitar 97°C (derejat celicius) dan 97-100,8°C (derejat celicius). Suhu bawah permukaan (reservoar) berdasarkan geotermometer geokimia Na-K-Mg sekitar 230°C (derejat celicius). Hasil dari penyelidikan memperlihatkan luas daerah 2 prospek sekitar 10 KM dengan estimasi potensi energi panas bumi sekitar 115 MWe (Mega Watt equivalent) dan termasuk ke dalam kelas cadangan terduga. Cukup potensial dan lumayan besar jika dibanding perkiraan total potensi energi panas bumi di Indonesia sekitar 28.112 MWe atau setara dengan 12 milyar barel minyak bumi.
   Sehingga berpotensi atau memungkinkan di daerah tersebut terdapat sistem panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif. Salah satunya sebagai sumber energi listrik melalui PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi).
   Dalam diskusi kelanjutan makalah ini, indikasi adanya gejala panas bumi di daerah Sampuraga ditunjukkan oleh munculnya manifestasi panas bumi permukaan berupa mata air panas dan fumarol yang tersebar di daerah Sampuraga, Longat, Roburan Lombang dan Roburan Dolok.
   Aktivitas vulkanik pada umur Pliosen-Plistosen menghasilkan beberapa struktur yang membentuk sesar menangga (graben). Salah satu sesarnya adalah sesar Sirambas yang memicu terjadinya terobosan sebagian magma ke permukaan dan menghasilkan tubuh intrusi dasit. Tubuh intrusi inilah yang diperkirakan berfungsi sebagai sumber panas (heat source).
   Namun dalam data-data lainnya menyebutkan, bahwa untuk memastikan kalau daerah ini memiliki potensi yang cukup untuk di eksplorasi panas buminya sebagai PLTP, perlu penelitian lebih lanjut dan lebih serius lagi. Tentunya tidak terlepas dari dukungan dan keseriusan pemerintahan setempat serta dukungan masyarakat sekitar. (Bersambung)

Keterangan Photo

AIR PANAS: Salah seorang pengunjung (25/7) memotret satu titik sumber panas bumi di lokasi Sampuraga 1, Desa Sirambas. (photo/ red)

Sampuraga (2)


Lokasi Sirambas Tidak Terawat

Oleh: Aziz AR Panjaitan

   Bukti menandakan kalau Lokasi Sampuraga di Desa Sirambas, Mandailing Natal (Madina) ini, dahulu sangat terkenal dan banyak dikunjungi orang masih terlihat. Bekas botol minuman, seperti botol plastik air mineral, bungkus rokok, bungkus makanan ringan dan sampah non organik lainnya yang tidak bisa hancur di makan tanah itu, masih banyak berceceran di sekitar lokasi.

   Tempat itu sangat sunyi, meskipun hari itu hari Minggu, 25 Juli 2010. Namun di lokasinya masih terlihat tanda-tanda yang menceritakan legenda Sampuraga. Begitu juga dengan relif di dinding batu yang catnya mulai pudar. Termasuk gubuk berdinding bambu serta beratap daun kelapa, yang dahulunya digunakan warga setempat berjualan telur dan pisang yang siap direbus para pengunjung di sumber air panas ‘Sampuraga’, kini tinggal bangkai kekayuan yang lapuk.

   Titik-titik sumber air panas juga tidak seperti dahulu lagi. Bahkan di kolam-kolam yang di klaim dalam legenda itu sebagai kuali masak horja/ pesta Si Sampuraga, airnya sudah mengering serta dipenuhi sampah non organik. Padahal dahulu ada belasan titik sumber air panas aktif yang dapat digunakan pengunjung merebus telur dan pisang. Kini hanya tinggal satu kolam berukuran sedang yang tanpak aktif dan masih berasap, meski luapan gelegak airnya sangat kecil.

   Padahal jika lokasi potensi alam ini dikelola dengan baik dan benar, banyak sumber pendapatan yang dapat digali. Mulai dari pengembangan pariwisata air panas hingga pengelolaan panas bumi menjadi sumber pembangkit listrik tanaga panas bumi (PLTP). Khusus untuk lokasi pariwisata, lokasi ini sangat potensial dibuat kolam-kolam pemandian, terlebih berdampingan dengan lokasi aliran sungai irigasi berair tawar dan dingin.

   “Pemerintah dan masyarakat setempat harusnya mau melihat potensi di daerah ini dengan objektif. Karena jika potensi panas bumi ini dibiarkan, sangatlah disayangkan. Lokasi ini adalah anugerah Allah Subhanahuawataala yang harus dimanfaatkan dengan cara positif demi sebesar-besar kemakmuran rakyat sekitarnya,” kata Edisyam yang kemudian diamini Ibnu Azhar, salah seorang pengunjung asal Asahan yang juga Alumni Pondok Pesantren Musthafawiyah Purba Baru, saat mendampingi penulis mengitari lokasi Sampuraga di Desa Sirambas. (Bersambung)

Keterangan Photo

SIRAMBAS: Lokasi Sampuraga 1 di Desa Sirambas yang sudah tidak terawatt, semak dengan rumput dan ilalang yang menutupi keindahan objek wisata ini. (photo/ red)

Jumat, 27 Agustus 2010

Sampuraga (1)

Dari Sirambas Pindah Ke Longat


Oleh: Aziz AR. Panjaitan

  Tulisan ini berawal dari perjalanan penulis ziarah ke makam Syekh Musthafa Husein, seorang pendiri Pesantren Tradisional yang berdiri sejak Tahun 1912, bernama Musthafawiyah. Terletak di Desa Purba Baru, Kecamatan Kota Nopan, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), Provinsi Sumatera Utara.

   Usai ziarah dari pesantren yang sempat memiliki santri sebanyak 12 ribu orang pada Tahun 1992 ini, penulis mengitari perkampungan di lereng gunung berapi aktif, bernama Sorik Merapi. Banyak sumber air panas di sekitar daerah ini. Namun sayang, tempat ini tidak terkelola dengan baik dan benar menjadi salah satu objek tujuan wisata alam.

   Sekitar 15 KM dari lokasi Sorik Merapi, ternyata masih ada potensi alam yang juga tidak dikelola dengan baik dan benar. Ironinya, tempat yang satu ini sangat melegenda dalam cerita rakyat di Sumatera Utara hingga siantero Indonesia.

   Bahkan baru-baru ini, pementasan Opera Batak, Sabtu Malam tertanggal 3 Juli 2010 di Teater Arena Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, sekitar Pukul 19.30 WIB, bersama sang Sutradara Enrico Alamo, mengangkat cerita rakyat Sampuraga. Menceritakan tentang Anak Durhaka dan dikutuk menjadi Kolam Air Panas di Desa Sirambas, Kecamatan Penyabungan Barat, Kabupaten Madina.

   Opera Batak atau kesenian tradisional ciptaan Tilhang Oberlin Gultom (almarhum) ini muncul kembali ke tengah publik, justru di kampus institut seni terkenal. Melibatkan para pemain Teater Sakata, Padangpanjang, dan para pemusik asli dari Tapanuli.

   Namun sayang, lokasi yang disebut-sebut tempat terjadinya legenda yang sangat terkenal itu, kini hampir seluruhnya dibalut semak belukar. Legenda yang berasal dari petuah-petuah (sastra lisan) orang-orang tua di Desa Sirambas itu, konon melahirkan legenda baru, anak si Sampuraga yang terletak di Desa Longat, masih bertetangga dengan Desa Sirambas.

  Cerita orang-orang tua di Desa Longat, di salah satu tempat di Desa itu, persisnya melewati pinggiran bandungan irigasi, lalu melintasi perkebunan kakao (coklat) milik penduduk setempat terdapat sumber air panas yang luapannya lebih dahsyat dari lokasi Sampuraga Lama (Sampuraga di Desa Sirambas). Namun dilokasi ini tidak terdapat relif, bangunan atau petunjuk terjadinya legenda, seperti yang terdapat di Desa Sirambas.

   “Lokasi sampuraga lama sudah tidak dirawat. Apalagi luapan air panasnya mengecil. Orang banyak berkunjung kemari. Tempat ini dikenal dengan sebutan anak Si Sampuraga. Jalan cerita legenda si Anak Sampuraga sama saja dengan cerita Sampuraga sebelumnya. Hanya beda lokasi dan istilah saja,” kata penduduk sekitar, memberi keterangan kepada penulis.

   Benar saja, di lokasi Sampuraga Lama yang dahulu sangat terkenal itu, kini tidak ada lagi petunjuk jalan, meski jalan menuju lokasi sama-sama persis mengitari bendungan irigasi. Petunjuk lokasi bertuliskan ‘Sampuraga’ itu lebih jelas di Sumber Air Panas di Desa Longat. (Bersambung)

Keterangan Photo
LONGAT : Pengunjung (25/7) melihat sumber air panas di Longat, yang disebut warga sekitar sebagai lokasi Anak Sampuraga. (photo/ red)