Cari Blog Ini

Laman

Sabtu, 28 Agustus 2010

Sampuraga (4/ Habis)


Dari Legenda Anak Durhaka

Oleh : Aziz AR. Panjaitan

   Banyak pelajaran dari legenda ini. Berupa peninggalan nenek moyang berasal dari petuah-petuah (sastra lisan) orang-orang tua, menjadi cerita legenda yang di wariskan secara turun temurun. Bisa jadi, alkisah ini sengaja di pelihara untuk mengingatkan kepada generasi agar tidak durhaka kepada orang tuanya.

   Tapi ini hanya sekedar cerita dan legenda. Bahwa alkisah dahulu kala, hiduplah seorang anak bernama Sampuraga dan ibunya. Tinggal di daerah Padang Bolak dengan keadaan ekonomi yang sangat memperihatinkan. Keduanya bekerja mencari kayu bakar di hutan demi sesuap nasi.

   Ingin merubah nasib, suatu hari Sampuraga mencetuskan keinginan kepada orangtuanya yang sudah renta guna merantau kenegeri orang. Dengan cita-cita kelak menjadi pemuda yang bisa dibanggakan. Maka seiring do’a dan linangan air mata sang ibu, Sampuraga dilepas merantau, pergi jauh dari kampung halaman. Sembari memegang janji akan kembali pulang melihat orangtuanya jika kelak sudah berhasil di perantauan.

   Petualanganpun dimulai. Berhari-hari tidak kenal lelah. Sampai akhirnya Sampuraga mendapati satu negeri bernama Pidelhi (Pidoli sekarang). Kemudian berdiam disana untuk beberapa waktu. Dilanjutkan perjalanan ke Desa Sirambas. Dimana konon waktu itu Sirambas dipimpin oleh seorang raja yang bernama Silanjang (Kerajaan Silancang). Ditempat ini Sampuraga bekerja keras yang merupakan kebiasannya sejak masa kanak-kanak. Rajapun tertarik, lantas berkeinginan menjodohkan pada putrinya.

   Tentu saja Sampuraga sangat senang setelah mengetahui hal ini. Atas maksud pernikahan si Sampuraga dengan putrinya, Raja bertitah membuat pesta besar. Semua raja-raja di sekitar Mandailing diundang.
Di tempat terpisah, ibu si Sampuraga sangat rindu pada putranya. Bertahun-tahun hanya bisa termenung menunggu datangnya sibuah hati. Karena tak tahan menahan rindu, sang ibu memutuskan ikut berkelana mencari tahu keberadaan anaknya.

   Sementara di wilayah Sirambas, Sampuraga telah tumbuh menjadi dewasa dengan begitu banyak perubahan. Dia tidak lagi seorang yang miskin seperti dahulu. Dia adalah lelaki yang kaya raya dan akan menjadi seorang raja dengan mempersunting putri raja Kerajaan Silancang.
Tidak diduga-duga, ketika upacara perkawinan tiba, saat itu pula ibu si Sampuraga yang berkelana mencari putranya datang ke pesta itu. Dengan harap cemas, dapat berjumpa dengan buah hati tercinta, yang kabarnya sudah kaya raya.

   Tetapi apa yang terjadi ???. Sampuraga tidak mengakui kalau itu adalah ibunya. Dia malu kepada istrinya karena ibunya kelihatan sangat tua renta dan miskin. Sampuraga kala itu, menyuruh ibunya untuk pergi dari tempat itu.

   Alkisah, Sampuraga berkata “Hei orang tua, kamu bukan ibu kandungku, ibuku telah lama meninggal dunia. Pergi…!!!.” Sampuraga tidak peduli dengan kesedihan dan penderitaan ibunya. Ibunya pun pergi sambil memohon dan berdo’a kepada Allah Subhanahuwata’ala (SWT).

   Konon, dalam do’a yang khusuk sang sang ibu bermohon, bahwa jika memang betul anak yang mirip putranya itu bukan Sampuraga, kiranya Allah SWT memberi limpahan rezeki. Tapi kalau itu benar anaknya si Sampuraga yang dibesarkan dengan air susunya, ia bermohon kiranya Tuhan menghukum anaknya tersebut.

   Atas kehendak Allah SWT, tiba-tiba saat itu datanglah badai. Serta merta membuat lokasi pesta disekitar istana menjadi banjir dan dihempas air bah yang sangat besar. Mengakibatkan si Sampuraga tenggelam bersama keangkuhan dan kedurhakaannya. Dimana lokasi tempat ia tenggelam, dikabarkan menjadi Sumur Air Panas. Itulah yang dikenal dengan Air Panas Sampuraga di Desa Sirambas.

   Untuk mengenang cerita legenda ini, putra-putri madailing menciptakan sebuah lagu tentang si Sampuraga, yang bisa dijadikan sebagai pelajaran untuk anak-anak kita kelak, supaya tidak durhaka kepada orang tua. Sehingga tidak menjadi seperti si Sampuraga yang malu beribu (maila marinang/ dalam bahasa mandailing). Bagaimana cerita Pulau Simardan tentang Simardan Anak durhaka, terjadi di Asahan-Tanjung Balai?. Tunggu selengkapnya di Koran MAHARDIKA, siap disugukan untuk pembaca. (Tammat)

Keterangan Photo

RELIEF: Satu-satunya Relief Legenda Sampuraga di Lokasi Sampuraga 1, Desa Sirambas. Catnya sudah mulai mengelupas. (photo/ red)

Tidak ada komentar: